Tentang Kami

STOKIST NASA JOGJA ini ditulis untuk membantu para pemakai produk NASA dalam cara aplikasi yang baik sehingga bisa didapatkan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,dll yang maksimal.
Data dan teknik ini saya kumpulkan dari berbagai sumber dan bisa digunakan untuk membantu anda dalam berbudidaya.

Sebelumnya, perkenalkan saya adalah Sakti sebagai admin blog sederhana ini. Blog teknis budidaya ini saya khususkan untuk teknis budidaya yang menggunakan produk PT. NATURAL NUSANTARA dan tidak menutup kemungkinan nanti saya update dengan teknis budidaya tanaman yang lain.

Jika ada pertanyaan tentang teknis yang saya tulis, mohon bisa hubungi saya via email ke chriscaspor@gmail.com atau jika anda membutuhkan panduan teknis budidaya yang lain, bisa juga kontak saya via email diatas.

Untuk pemesanan produk, silahkan hubungi kami langsung via email atau bisa telp/sms di 0877.7000.7358 / 081228148229 pinBB 26D0FA87. Segera akan saya balas setiap pertanyaan yang anda ajukan seputar produk, teknis budidaya tanaman dan lain lainya.

Akhir kata, semoga panduan teknis budidaya tanaman ini bisa berarti buat anda dan bisa meningkatkan hasil lebih optimal.

Budidaya Lele Organik

BUDIDAYA LELE ORGANIK
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. 

Budidaya lele berkembang pesat karena : 
 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi
 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat
 3) pemasarannya relatif mudah
 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
 5) harga jual yang relatif stabil
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Sifat biologi lele adalah  tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
  1. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
  2. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
  3. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk “L” mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.

Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
1.      Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor). Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan). Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring Kemudian dilakukan pengisian air kolam. Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.

2.      Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.

3.      Penebaran Benih.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air.

4.      Jumlah Benih
Jumlah benih yang ditebar disesuaikan dengan tipe pemeliharaan dan luas kolam yang digunakan. Sebagai acuan jumlah tebar adalah kepadatan lele per meter persegi kurang lebih berjumlah 100 ekor. Kepadatan tersebut sudah cukup ideal dipandang dari segi ruang gerak bagi lele dan ketersediaan pakan baik pakan alami maupun pakan pellet.

5.      Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1 : 9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
Untuk meningkatkan kandungan nutrisi di pakan, pemberian Produk NASA melalui pencampuran dengan pakan pellet sangat dianjurkan. Produk NASA selain menambah kandungan nutrisi tersebut juga dapat meningkatkan jumlah nutrisi pakan yang dapat dicerna, sehingga ikan mendapatkan nutrisi yang lebih banyak dari pakan yang kita berikan. Produk NASA yang diberikan lewat pakan adalah 1 botol VITERNA dan 1 botol POC NASA yang dicampur jadi satu, kemudian campuran tersebut diberikan ke ikan dengan dosis 1 tutup botol per 2 - 3 kg pakan.

6.      Pemanenan
Ikan lele dipanene setelah mencapai bobot konsumsi, yaitu satu kilogram lele berisi 8 – 10 ekor.
Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan. Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.

7.      Hama dan Penyakit
Kegiatan budidaya lele di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  • Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
  • Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
  • Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
  • Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
  • Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
  • Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
  • Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
  • Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
  • Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.

Cara Budidaya Belut

Budidaya belut merupakan salah satu usaha alternatif untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi atas daging belut yang enak dan bergizi. Budidaya belut juga sangat mudah dilakukan dan bisa menyesuaikan dengan kondisi lahan sempit sekalipun. Budidaya belut bisa dilakukan sebagai usaha sampingan yang menawarkan keuntungan yang cukup menjanjikan, belut juga berpotensi besar untuk diekspor ke beberapa negara karena memang permintaan untuk komoditas belut ini masih sangat tinggi sementara persediaan belum cukup memenuhi.

Untuk mendukung keberhasilan budidaya belut, PT. Natural Nusantara (NASA) telah menyediakan serangkaian produk pupuk dan suplemen organik yang terbuat murni dari bahan-bahan alami. Produk pupuk perikanan dan suplemen organik ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas hasil budidaya belut serta membantu mempersingkat masa budidaya.

Memilih Tempat / Lokasi Budidaya

Pembuatan kolam untuk budidaya belut meliputi pengamatan letak lahan, pembuatan skema (gambar) konstruksi, pengerjaan pengganlian, serta pemasangan dan pembuatan bagian-bagian perlengkapan kolam seperti pintu air, saringan dan lain sebagainya.

Membuat Kolam

Budidaya belut yang lengkap memerlukan jenis kolam yang sesuai dengan kegiatan yang hendak dilakukan. Adapun jenis-jenis kolam yang harus ada di suatu areal budidaya belut adalah kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan, dan kolam pembesaran belut.

Ukuran kolam budidaya belut untuk semua jenis kegiatan tidak sama besarnya, yaitu :

Kolam penampungan induk belut,ukurannya 200 cm X 200 cm dengan kedalaman 100 cm
Kolam pemijahan dan pendederan belut, ukurannya 200 cm X 200 cm dengan kedalaman100 cm
Kolam pembesaran belut, ukurannya 500 cm X 500 cm dengan kedalaman 120 cm
Media Pemeliharaan

Setelah kolam selesai dibuat yang paling utama adalah pemberian media pemeliharaan sebelum kolam tersebut dipergunakan, yaitu media tanah sawah atau lumpur kolam yang sudah dikeringkan. Media ini nantinya akan menjadi tempat berkembang yang sangat disukai belut. Tambahkan juga ke dalamnya berupa pupuk kandang atau pupuk kompos (bisa berupa sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan), jerami padi, dan cincangan pisang. Untuk memenuhi unsur hara makro berikan pada media tersebut pupuk urea dan pupuk NPK.

Berikut ini adalah langkah persiapan pembuatan media kolam :

Lapisan pertama paling bawah jerami padi setinggi 40 cm. Di atas jerami tabgurkan secara merata pupuk organik NASA berupa SUPERNASA 500 gr ataupun TON 500 gr yang di campurkan dengan urea 5 kg dan NPK 5 Kg. Komposisi ini untuk kolam ukuran 500 cm X 500 cm. Apabila kolam lebih besar atau lebih kecil, perbandingan pupuk diatas dapat disesuaikan).
Lapisan kedua tanah/lumpur setinggi 5 cm.
Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm .
Lapisan keempat pupuk kompos setinggi 5 cm dan siram dengan POC NASA.
Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm.
Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi 15 cm.
Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm.
Diatas air ditanami secara merat enceng gondok sampai menutupi ¾ permukaan kolam.
Setelah semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan tersebut selama 2 (dua) minggu agar seluruh media mengalami proses fermentasi. Dan setelah 2 (dua) minggu bibit belut dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.

Memilih Benih

Untuk tahapan selanjutnya pada budidaya belut yaitu memilih benih atau bibit belut. Agar diperoleh bibit belut berkualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih atau bibit belut yang dipilih harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus, yaitu tidak ada luka bekas gigitan.
Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
Penampilannya sehat yang dicirikan dari tubuhnya yang keras, tidak lemas jika di pegang
Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
Usianya berkisar 2 bulan–4 bulan.
Belut mempunyai kelamin ganda (hermaprodit) pada kehidupannya. Belut ini menjalani pergantian kelamin dari betina ke jantan dalam siklus kehidupannya. Belut muda selalu berkelamin betina. Sedangkan belut yang sudah tua selalu berkelamin jantan. Dan karena sifat-sifat belut serupa itu, maka pada belut bisa terjadi masa kosong kelamin atau banci. Dengan adanya perubahan kelamin inilah pada belut sering terjadi kanibalisme, saling bunuh dan makan diantara mereka sendiri.
Induk belut yang baik dapat dikenali dari penampilannya. Untuk mengetahui induk belut yang baik, berikut diberikan ciri-ciri induk belut jantan dan induk belut betina.

Ciri Induk Belut Jantan

Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
Warna permukaan kulit lebih gelap atau abu-abu.
Bentuk kepala tumpul.
Usianya di atas sepuluh tahun.
Ciri induk belut betina.
Berukuran panjang antara 20 cm-30 cm.
Warna permukaan kulit lebih cerah atau lebih muda.
Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perutnya.
Bentuk kepala runcing.
Usianya dibawah sembilan bulan.
Perkembangbiakan Belut

Belut sangat mudah berkembang biak di alam dan juga tidak sulit dikembangbiakkan di kolam dengan  media menyerupai habitat aslinya. Secara alami belut berkembang biak setahun sekali, yaitu mulai dari musim penghujan sampai permulaan musim kemarau (kurang lebih empat sampai lima bulan).

Perkawinan belut umumnya akan terlihat belut jantan berbondong-bondong berenang ke berbagai penjuru ke arah tepian. Di perairan yang dangkal itulah nantinya belut jantan menggali lubang perkawinan. Lubang perkawinan di bangun mirip leter “U”. Selanjutnya dalam lubang tersebut belut jantan membuat gelembung-gelembung udara yang membusa di permukaan air di atas salah satu lubangnya. Busa-busa tersebut berguna untuk menarik perhatian lawan jenisnya.

Belut jantan menanti kehadiran belut betina di lubang yang tidak diliputi busa. Setelah belut betina yang dinanti tiba, sebelum perkawinan dilangsungkan akan terjadi cumbu-cumbuan mesra terlebih dahulu. Dalam perkawinan telur-telur dari betina akan dikeluarkan di sekitar lubang dibawah busa-busa yang mengapung pada permukaan air. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan dicakup belut jantan untuk disemburkan dan diamankan dalam lubang persembunyian.Kemudian belut jantanlah yang akan menjalani tugas menjaga telur-telur tersebut sampai menetas. Selama menjaga telur ini belut jantan galaknya bukan main. Setiap mahluk yang mendekat ke sarang pasti akan diserang.

Penetasan

Telur-telur di alam akan menetas setelah 9-10 hari kemudian. Tetapi untuk di kolam pendederan dan pemijahan telur-telur belut akan menetas dalam waktu 12-14 hari. Sewaktu baru menetas warna anak belut kuning setelah itu perlahan berubah menjadi kuning kecoklatan dan selanjutnya menjadi coklat muda. Anak-anak belut yang sudah menetas sementara masih diasuh oleh belut jantan selama dua minggu. Setelah berumur 15 hari anak-anak belut sudah bisa berenang sendiri dan meninggalkan sarang penetasan. Mereka sudah mampu menggali lubang dan mencari makanan sendiri di tempat lain.

Makanan dan Kebiasaan Makan

Secara alamiah belut memakan berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh dalam air, seperti serangga, siput, cacing, anak katak dan anak ikan. Jadi belut termasuk golongan karnivora yaitu ikan pemakan binatang lain.

Belut yang masih kecil memakan zooplankton yang halus seperti antara lain protozoa (hewan bersel satu ), mikrokrusasea (udang-udangan renik), invertebrate mikroskopik (hewan-hewan tak bertulang belakang yang kecil-kecil). Sedangkan belut yang mulai dewasa memakan larva-larva serangga, cacing siput, berudu kodok, dan benih-benih ikan yang masih lemah.

Bisa juga ditambahkan dengan pakan buatan yang berupa pelet. Pakan buatan bisa diberikan setiap pagi hari atau sore hari.  Untuk meningkatkan efektivitas pakan dalam budidaya belut, tambahkan produk nutrisi organik Natural Nusantara, yaitu Viterna, POC Nasa, Hormonik  ke dalam pakan buatan tersebut.

Hama Belut

Belut tidak terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteri. Yang diderita belut hanya disebabkan oleh kekurangan pakan, kekeringan atau dimakan oleh sesama belut. Jadi agar belut peliharaan tetap sehat, usahakan pada usaha budidaya belut jangan kekurangan pakan dan kondisi kolam pemeliharaan airnya tetap mengalir. Hama belut selain sebagai pemangsa, juga dapat sebagai pesaing dalam hal konsumsi pakan. Hama dan pemangsa yang bisa menyerbu kolam pemeliharaan belut antara lain : Burung belibis, Bebek / Itik, Berang-berang dll. Cara yang terbaik dan tepat dalam pengendalian hama dan pemangsa belut, yaitu dengan cara membuat kondisi kolam pemeliharaan rapi sesuai aturan dan sesuai dikontrol agar tidak menjadi sarang bagi hama pemangsa.

Panen

Untuk memanen belut, diperlukan ketepatan waktu panen dan cara panen. Wadah penampungan juga perlu disiapkan untuk membawa belut hasil panen di lokasi penjualan. Dengan metode pemeliharaan, yaitu pembesaran, belut siap dipanen untuk kebutuhan pasar lokal setidaknya 3 bulan. Sedangkan untuk kebutuhan pasar ekspor setidaknya 6 bulan.

CARA BUDIDAYA BANDENG

A. Pendahuluan.
Ikan bandeng merupakan adalah satu jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi. Usaha intensifikasi budidaya perlu dilakukan karena rendahnya produktivitas bandeng dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru. PT. NATURAL NUSANTARA memberikan teknologi yang diperlukan dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan).

B. Sifat Biologis.
Bandeng termasuk golongan ikan herbivora , yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi tumbuhan. Mampu mencapai berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5 – 6 bulan dengan pemeliharaan yang intensif.

C. Penyediaan Benih.
Usaha penyediaan benih (nener) secara kontinyu dengan mutu yang baik dilakukan dengan sistem pembenihan yang intensif pada kolam-kolam khusus, yaitu kolam pematangan induk, pemijahan, peneneran dan kolam pembsaran. Dalam pembenihan bandeng langkah yang dilakukan adalah :

1. Pemilihan induk yang unggul . Induk yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya, Ciri-cirinya :

bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal.
ukuran kepala relatif kecil, diantara satu peranakan pertumbuhannya paling cepat.
susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka.
gerakan lincah dan normal.
umur antara 4 5 tahun.
2. Merangsang pemijahan. Kematangan gonad dapat dipercepat dengan penggunaan hormone LHRH (Letuizing Hormon Releasing Hormon) melalui suntikan.`

3. Memijahkan. Pemijahan adalah pencampuran induk jantan dan berina yang telah matang sel sperma dan sel telurnya agar terjadi pengeluaran (ejakulasi) kedua sel tersebut. Setelah berada di air, sel sperma akan membuahi sel telur karena sistem pembuahan ikan terjadi diluar tubuh. Pemijahan dilakukan pada kolam khusus pemijahan

4. Penetasan. Telur yang mengapung di kolam pemijahan menetas setelah 24 – 26 jam dari awal pemijahan. Telur yang telah menetas akan menjadi larva yang masih mempunyai cadangan makanan dari kuning telur induk, sehingga belum perlu diberi pakan hingga umur 2 hari.

5. Merawat benih. Setelah berumur 9 hari larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan nener . Di kolam ini larva diberi pakan alami berupa plankton. Penumbuhan plankton dilakukan dengan pemupukan dan pengapuran. Pemupukan yang tepat adalah dengan pupuk TON (TAMBAK ORGANIK NUSANTARA) yang mengandung berbagai unsur mineral penting untuk pertumbuhan plankton, diantaranya N,P,K,Mg, Ca, Mg, S, Cl dan lain-lain, juga dilengkapi dengan asam humat dan vulvat yang mempu memperbaiki tekstur dan meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 pada tiap pemasukan air. Waktu peneneran 8 minggu. Pakan yang diberikan berupa tepung dengan kadar protein 30%. Untuk menambah nutrisi pakan pencampuiran pakan dengan VITERNA Plus dan POC NASA dengan dosis 2 – 5 /kg pakan sangat diperlukan, karena VITERNA Plus dan POC NASA mengandung unsur-unsur mineral penting yaitu N,P,K,Mg,Fe,Ca,S dan lain-lain, vitamin, protein dan lemak untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan nener.

D. Pembesaran.
Setelah dipelihara di kolam peneneran selama 8 minggu, bandeng dipindahkan ke kolam pembesaran. Teknis pembesaran bandeng meliputi beberapa hal, yaitu :

1. Persiapan lahan.
Tahap ini dilakukan sebelum pemasukan air. kegiatan yang dilakukan selama persiapan lahan adalah :

Pencangkulan dan pembalikan tanah. Bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan organik baik dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi gemburnya tanah, aerasi akan berjalan dengan baik sehingga kesuburan lahan akan meningkat.
Pengapuran. Selama budidaya, ikan memerlukan kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 – 8. Untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 TON /ha atau 10 kg/100 m2.
Pemupukan. Fungsi utama pemupukan adalah memberikan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan pakan alami, memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang tidak kedap air (porous). Penggunaan TON untuk pemupukan tanah dasar kolam sangat tepat, karena TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, dan asam-asam organik utama memberikan bahan-bahan yang diperlukan untuk peningkatan kesuburan lahan dan pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan TON adalah 5 botol/ha atau 25 gr/100 m2.
Pengelolaan air. setelah dilakukan pemupukan dengan TON, air dimasukkan hingga setinggi 10 – 20 cm kemudian dibiarkan beberapa hari, untuk menumbuhkan bibit-bibit plankton. Air dimasukkan hingga setinggi 80 cm atau menyesuaikan dengan kedalaman kolam.
2. Pemindahan nener. Setelah plankton tumbuh (warna air hijau) dan kecerahan sedalam 30 – 40 cm, nener di kolam peneneran dipindahkan ke kolam pembesaran dengan hati-hati dengan adaptasi terhadap lingkungan yang baru.

3. Pemberian Pakan. Sesuai dengan sifat bandeng yang termasuk hewan herbivore, maka ikan ini suka memakan tumbuh-tumbuhan yang ada di kolam. Tumbuhan yang disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap. Untuk mempercepat pertumbuhan, perlu pakan buatan pabrik, dengan standar nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh optimal dengan kadar protein minimal 25 – 28 %.

Sebagai hewan herbivora, unsur tumbuhan dalam pakan memang sangat penting,. Oleh karena itu, sebaiknya bahan baku unsur protein harus didominasi dari sumber tumbuhan atau nabati dari tepung kedelai atau bungkil kacang tanah. Sebagai acuan pemberian pakan adalah : Jumlah pakan 5 – 7% dari berat badan. Waktu pemberian 3 – 5 kali sehari.

Penambahan VITERNA Plus dan POC NASA pada pakan buatan merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh bandeng. VITERNA Plus dan POC NASA mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin akan menambah kandungan nutrisi pakan. Dosis pencampuran VITERNA Plus dan POC NASA dengan pakan buatan adalah 2 – 5 cc/kg pakan dengan cara :

Timbang pakan sesuai dengan kebutuhan bandeng.
Basahi pakan dengan sedikit air agar pencampuran dengan VITERNA Plus dan POC NASA dapat merata.
Campurkan VITERNA Plus dan POC NASA sesuai jumlah pakan yang diberikan dengan dosis 2 – 5 cc/kg pakan.
Pakan siap untuk diberikan.
Pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata pada seluruh areal kolam, agar seluruh bandeng dapat pakan.

V. Pengendalian hama dan Penyakit.
Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah :

Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi.
Vibriosis. Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.
Penyakit oleh Protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir.
Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir.
Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran VITERNA Plus dan POC NASA pada pakan buatan. VITERNA Plus dan POC NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organic, protein dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi.
Produk penunjang budidaya perikanan yang diproduksi PT Natural Nusantara (NASA) ini juga sangat efektif untuk menunjang budidaya perikanan berbagai jenis, seperti : Budidaya Ikan Belut, Budidaya Ikan Gurame, Budidaya Ikan Lele, Budidaya Ikan Mas, Budidaya Ikan Mujair, Budidaya Ikan Nila, Budidaya Ikan Patin, Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar, Pembenihan Ikan Tawes, Budidaya Ikan Gurame, Budidaya Ikan Hias Live Bearer, Budidaya Ikan Hias Tetra, Budidaya Ikan Hias Koki Mutiara, Budidaya Ikan Hias Manfish, Budidaya Ikan Hias Oscar, Pengenalan Jenis Ikan Hias, Budidaya Ikan laut di Jaring Apung, dan lain sebagainya